Sabtu, 14 November 2015

Artikel 7


Khulafaur Rasyidin


Untuk kali ini saya akan memberikan sebuah artikel tentang sejarah pemimpin-pemimpin Islam sesudah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Para Khalifah yang ditunjuk adalah orang-orang yang membawa Islam sampai saat ini. Mereka juga merupakan para sahabat nabi yang paling setia dengan ajaran agama islam. Nah untuk mempersingkat langsung kebagaian isinya saja .
Khulafaur Rasyidin atau juga bisa disebut Khalifah Ar-Rasyidin adalah empat orang khalifah(pemimpin) pertama agama Islam, yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus setelah Nabi Muhammad SAW. Empat orang tersebut adalah para sahabat dekat Nabi Muhammad SAW yang tercatat paling dekat dan paling dikenal dalam membela ajaran yang dibawanya di saat masa kerasulan Muhammad.
Dalam sistem pemilihan terhadap masing-masing khalifah berbeda-beda, hal tersebut terjadi karena para sahabat menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad SAW tentang bagaimana suksesi kepemimpinan Islam akan berlangsung. Secara resmi istilah Khulafaur Rasyidin merujuk pada empat orang khalifah pertama Islam, namun sebagian ulama menganggap bahwa Khulafaur Rasyidin tidak terbatas pada keempat khalifah pertama Islam saja, tetapi mencakup pula para khalifah setelahnya yang kehidupannya benar-benar sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan sunnah. Keempat orang yang menjadi khalifah pertama Islam antara lain adalah :


  • Abu Bakar ash-Shiddiq (Lahir 573 - 634 M, menjadi khalifah 632 - 634 M)
Abdus Syams atau lebih dikenal dengan nama Abu bakar adalah khalifah pertama Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Ia merupakan salah seorang petinggi Mekkah dari suku Quraisy. Setelah memeluk Islam namanya diganti oleh Nabi Muhammad SAW menjadi Abu Bakar. Ia digelari Ash-Shiddiq yang berarti “yang terpercaya” setelah ia menjadi orang pertama yang mengakui peristiwa Isra' Mi'raj. Ia juga adalah orang yang ditunjuk oleh Nabi Muhammad SAW untuk menemaninya hijrah ke Yatsrib. Ia dicatat sebagai salah satu sahabat yang paling setia dan terdepan melindungi para pemeluk Islam bahkan terhadap sukunya sendiri.
Ketika Nabi Muhammad SAW sakit keras, Abu Bakar adalah orang yang ditunjuk oleh nabi untuk menggantikannya menjadi Imam dalam Salat. Hal ini menurut sebagian besar ulama merupakan petunjuk dari Nabi Muhammad agar Abu Bakar diangkat menjadi penerus kepemimpinan Islam. Abu Bakar memimpin selama dua tahun dari tahun 632 sejak kematian Muhammad hingga tahun 634 M.
Kepemimpinan Abu Bakar termasuk singkat, karena ia hanya menjadi pemimpin selama dua tahun. Walaupun begitu saat masa pemerintahannya Islam mengalami kemajuan dalam bidang sosial, budaya dan penegakkan hukum. Dan juga dua tahunnya itu digunakan untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri yang disebabkan oleh suku-suku arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintahan setelah kepergian Nabi Muhammad SAW. Hal ini memicu terjadinya perang Riddah(Perang melawan kemurtadan). Karena sikap mereka dapat membahayakan pemerintahan. Abu Bakar meninggal saat berusia 61 tahun pada tahun 634 M akibat sakit yang dialaminya.


  • Umar bin Khattab (Lahir 586-590 - 644 M, menjadi khalifah 634 - 644 M)
Umar bin Khattab adalah khalifah ke-2 dalam sejarah Islam. pengangkatan umar bukan berdasarkan konsensus tetapi berdasarkan surat wasiat yang ditinggalkan oleh Abu Bakar. Hal ini tidak menimbulkan pertentangan berarti di kalangan umat islam saat itu karena umat Muslim sangat mengenal Umar sebagai orang yang paling dekat dan paling setia membela ajaran Islam.
Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi, ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan 'Amr bin 'Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad bin Abi Waqqash. Iskandariah (Alexandria), ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, Al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar Radhiallahu ‘anhu, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, kepolisian dibentuk. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan membuat tahun hijriah. Umar memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang Zoroastrianis, budak Fanatik dari Persia bernama Abu Lu'lu'ah. Setelah itu ia digantikan oleh Ustman bin Affan dari hasil musyawarah.


  • Utsman bin Affan (Lahir 573-655 M, menjadi khalifah 644-655 M)
Utsman berasal dari keluarga suku Quraisy bani Ummayah. Nenek moyangnya bersatu dengan nasab Nabi Muhammad SAW. Ia diberi gelar Dzunnurain, karena menikahi dua putri nabi. Ia menjadi khalifah ketiga setelah menggantikan Umar bin Khattab. Utsman dipilih dari keenam dewan formatur yang di buat oleh Umar bin Khattab untuk menunjuk khalifah baru. Keenam anggotanya antara lain adalah Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Pada masa pemerintahan Utsman. Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini.
Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Ini terjadi dikarenakan cara pemerintahan Utsman berbeda dengan cara pemerintahan Umar dan juga dikarenakan fitnah dan hasutan dari Abdullah bi Saba' Al Yahudu salah seorang yahudi yang berpura-pura masuk Islam.
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat berburuk sangka terhadap kepemimpinan Utsman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting, Utsman seperti boneka di hadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Utsman sendiri. Itu semua akibat fitnah yang ditebarkan oleh Abdullah bin Saba’.
Meskipun begitu Utsman tercatat paling berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabawi di Madinah.


  • Ali bin Abi Thalib (menjadi khalifah 655-660 M)
Setelah para pemberontak membunuh khalifah Utsman bin Affan, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali menon-aktifkan para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.
Ali bin Abi Thalib juga menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Utsman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah ditumpahkan secara zhalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Namun ajakan tersebut ditolak.
Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari para gubernur di Damaskus, Mu'awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu'awiyah, Syi'ah (pengikut Abdullah bin Saba’ al-yahudu) yang menyusup pada barisan tentara Ali, dan Al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu'awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam.
  • Setelah Khulafaur Rasyidin

Kedudukan sebagai khalifah kemudian dijabat oleh purta Ali yaitu Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan menginginkan perdamaian dan menghindari pertumpahan darah, maka Hasan menyerahkan jabaran kekhalifahan kepada Muawiyah bin Abu Sufyan. Dan akhirnya penyerahan kekuasaan ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Di sisi lain, penyerahan itu juga menyebabkan Mu'awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H (661 M), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun jama'ah ('am jama'ah). Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut dengan masa Khulafa'ur Rasyidin, dan dimulailah kekuasaan Bani Ummayah dalam sejarah politik Islam.
Pada saat itu wilayah kekuasaan Islam sangatlah luas, ini dikarenakan faktor-faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat antara lain adalah:
  1. Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
  2. Dalam dada para sahabat, tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam ke seluruh penjuru dunia.
  3. Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu, mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi peperangan antara keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing.
  4. Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya kemerdekaan beragama bagi rakyat dan pajak yang tinggi untuk biaya peperangan melawan Persia.
  5. Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran, tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya untuk masuk Islam.
  6. Bangsa Sami di Syria dan Palestina dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka daripada bangsa Eropa, Bizantium, yang memerintah mereka.
  7. Mesir, Syria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu membantu penguasa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.


Mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan periode Khalifah Rasyidin. Para khalifahnya disebut al-Khulafa' al-Rasyidun, (khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk). Ciri masa ini adalah para khalifah betul-betul menurut teladan nabi. Setelah periode ini, pemerintahan Islam berbentuk kerajaan. Kekuasaan diwariskan secara turun temurun. Selain itu, seorang khalifah pada masa Khalifah Rasyidin tidak pernah bertindak sendiri ketika negara menghadapi kesulitan. Mereka selalu bermusyawarah dengan pembesar-pembesar yang lain. Sedangkan para penguasa sesudahnya sering bertindak otoriter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar